Saturday, March 27, 2010

MURID SEJATI

(by: Franciskus Sitepu)


Judul Buku : Murid Sejati

Pengarang : Paul W. Powell

Penerbit : Yayasan Kalam Hidup (2002)


Buku ini ditulis oleh Dr. Paul W. Powell dan diterbitkan di Indonesia oleh Yayasan Kalam Hidup (2000). Selain buku murid sejati, beliau juga telah manulis beberapa buku, diantaranya : Bagaimana membuat Gereja Anda Aktif, Di balik Pertobatan, Mengapa Saya Tuhan?



Murid Sejati memberikan pengertian yang menyegarkan mengenai 13 aspek penyerahan diri kepada Kristus. Yang pertama adalah kuk (sebagai lambing kerja keras, pelayanan, dan keringat), dan yang terakhir adalah salib (sebagai lambing pengorbanan, darah, dan kematian) dan di antara keduanya terdapat sebelas unsure pemuridan Kristen yang lain, yaitu: kerendahan hati, sikap seperti anak kecil, kejujuran, persekutuan, menjadi yang terbaik, kebesaran, kesaksian, doa, tindakan, kepenuhan, dan kesetiaan.



Buku ini membahas mengenai harga penyerahan diri. Tak diragukan lagi, begitu banyak benefit of justification yang didapatkan oleh manusia saaat oleh anugerah di dalam imannya manusia boleh mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat (Rma. 5:1-11). Ia memberi pengampunan dosa kepada manusia, memberikan pendamaian dengan Bapa, memberikan jalan masuk ke dalam kasih karunia, memberikan tujuan, kuasa, dan pengharapan. Tetapi Yesus juga mengajukan tuntutan-tuntutan yang ketat bagi tiap orang yang sudah dibenarkan, itulah yang banyak dibahas dalam buku ini- tuntutan pemuridan. Pada saat ini, panggilan Kristus kepada kita masih sama dengan panggilanNya kepada jemaat mula-mula di abad pertama- untuk memikul salib dan memikul kuk, hanya mungkin dalam bentuk yang berbeda.


Yesus memakai dua lambang besar bagi penyerahan diri Kristen, yang pertama adalah salib (Mark. 8:34)- lambang yang cukup dikenal oleh sebagian besar orang Kristen. Dan yang kedua adalah kuk (sebatang kayu lengkung yang dipasang pada tengkuk dua ekor lembu atau kerbau untuk menarik suatu beban) (Mat. 11:28-30). Tetapi ada satu peringatan yang perlu diperhatikan untuk benar-benar bias berserah. Pertama-tama kita harus percaya kepada Dia, kemudian memikul kuk-Nya dan menjadi muridNya.



Buku ini juga menceritakan mengenai panggilan untuk merendahkan hati. Menurut Dr. Powell dalam buku ini, kesombongan adalah penyebab kejatuhan yang terburuk. Kesombongan memberikan celah kepada kita untuk membanding-bandingkan diri dengan orang lain, dan karena kesombongan itulah orang-orang yang sombong susah sekali mengakui kalau dirinya berdosa dan butuh Tuhan.



Bagian berikutnya menceritakan tentang panggilan untuk sama seperti anak-anak. Pada umumnya anak-anak jujur, belum dapat menutup-nutupi perasaan mereka namun seiring dengan wktu, anak-anak akan semakin kreatif untuk mengenakan topeng dan menutupi perasaannya yang sebenarnya. Sifat lain dari anak-anak yang jarang dimiliki orang dewasa adalah pemaaf, cepat tanggap, dan percaya sepenuhnya.



Sepertinya kejujuran menjadi hal yang sangat ditekankan oleh penulis buku ini saat dia menulisksn bab tersendiri untuk membahas kejujuran setelah tadinya dibahas dalam bab panggilan untuk sama seperti anak-anak. Namun, kejujuran di sini lebih diarahkan kepada sikap untuk tidak munafik. Kata muanafik ini sebenarnya merupakan suatu istilah yang dipakai dalam bidang drama, di mana seorang actor memainkan peran yang berbeda-beda dalam sebuah drama. Dalam satu adegan mungkin ia memerankan penjahat, dalam adegan lain ia memerankan pahlawan. Awalnya, makna ata ini termasuk baik, namun lama-kelamaan maknanya berubah ketika dipakai untuk melukiskan orang yang bermua dua atau berpura-pura dalam kehidupan sesungguhnya.



Panggilan berikutnya adalah panggilan untuk bersekutu. Setiap hal yang kita kerjakan, kesibukan kita, dapat membuat kita semakin jauh dari persekutuan dengan Tuhan. Dengan kesibukan kita, kita membiarkan hal-hal yang penting, perlu dan kekal, kemudian menggantikannya dengan mencari hal-hal yang sebenarnya hanya bersifat sementara dan tidak begitu penting. Dan ada yang paling berbahaya, oran-orang terkadang terlalu sibuk melayani pelayanannya sehingga tidak punya waktu untuk melayani, dan bersekutu dengan Allah. Ada bebrapa hal kritis yang dapat ditimbulkan oleh sikap yang selalu sibuk, antara lain: yang mendesak akan menyisihkan sesuatu yang benar-benar perlu, yang baik akan menyisihkan yang terbaik, yang sementara akan menyisihkan yang kekal.



Berikutnya adalah panggilan untuk menjadi yang terbaik. Buku ini akan mendefinisikan dengan sangat baik, apa yang dimaksud untuk menjadi yang terbaik. Apa yang mendasari kita untuk menjadi yang terbaik, dan mengapa kita harus menjadi yang terbaik. Menjadi yang terbaik dalam apa yang kita kerjakan (studi, pekerjaan), menjadi yang terbaik dalam kehidupan moral, menjadi yang terbaik dalam kehidupan rumah tangga-dalam konteks ini mungkin sebagian besar dari kita belum, namun akan memasukinya.



Berdoa juga merupakan panggilan seorang murid. Melalui Kristus, Allah berkenan agar kita mau mencari dia, mengetahui kehendakNya. Yesus sendiri mengajarkan kita bahwa kita harus berdoa. Doa merupakan suatu hak istimewa yang indah dan agung. Sungguh hak istimewa yang tiada bandingannya bahwa kita, sebagai manusia dapat membawa segala beban, permohonan kita kepada Allah. Namun lebih dari itu, doa merupakan tanggungjawab setiap murid, seperti yang diberitahu oleh Yesus.



Secara keseluruhan, buku ini sangat layak untuk dibaca oleh setiap orang yang telah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Karena menerima saja, itu belum cukup. Kristus meminta kita untuk menjadi murid yang taat dan penuh penyerahan diri. Siap untuk memikul salib dan kuk yang Tuhan berikan. Meminjam pendapat dari seorang penulis,”Kenikmatan yang tertinggi adalah kenikmatan di dalam perbudakan Tuhan” (John Piper)

No comments:

Post a Comment