Friday, May 28, 2010

Waktu dan Hikmat


Judul Buku: Waktu dan Hikmat
Penulis: Stephen Tong
”Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana”(Mazmur 90:12). kita tentu sudah sering mendengar ayat ini. hanya saja sudah sejauh mana kita berusaha untuk mempergunakan waktu kita dengan baik.
Stephen Tong di dalam buku ini mengajak untuk memandang waktu dan kesempatan kita dengan lebih baik lagi. kita bisa memandang waktu berbeda-beda dan hal itu juga yang menentukan bagaimana kita mempergunakan waktu yang ada. Ada tiga cara memandang waktu:waktu adalah hidup, waktu adalah catatan, dan waktu adalah kesempatan.
Selain itu, di dalam buku ini juga dibukakan bagaimana kita bisa menggunakan waktu dengan berhikmat, sehingga pada akhirnya waktu kita, digunakan dengan baik dan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang seturut kehendak Tuhan.

Beritakan Injil dengan Kasih


Judul Buku:Beritakan Injil dengan Kasih
Penulis:Howard G Hendricks
Kasih merupakan kekuatan positif yang terbesar. Dan manusia biasanya memberikan respons terhadap pernyataan kasih. Ketika kita berbicara mengenai Injil, sesungguhnya kita sedang menawarkan anugerah kepada orang-orang. Hal ini merupakan bukti nyata bahwa kita mengasihi orang tersebut.
Dalam memberitakan Injil itu, perlu pernyataan kasih yang lebih dalam lagi yang harus kita lakukan agar pada akhirnya Injil yang diterima itu bisa dimengerti pada awalnya, dan kemudian dengan kuasa Tuhan, Injil bisa tertanam dan berbuah dalam diri orang-orang. Pada awalnya komunikasi yang baik merupakan cara awal Injil dapat diterima dan dimengerti. Howard G Hendricks dalam bukunya menyatakan bahwa, kita tidak akan bisa berkomunikasi dengan orang lain, sampai ketika kita mengasihinya, dan semakin kita mengasihi, semakin dalam keinginan kita untuk berkomunikasi dengannya. Komunikasi yang nyata, ada baik dalam kata-kata dan perbuatan, dan sekali lagi kita harus menunjukkan kasih dalam berkata-kata dan berbuat. Sering kali kita mempunyai kata-kata yang tepat tentang Injil, namun perbuatan kita tidak baik dan malahan tidak sesuai dengan Injil yang kita bicarakan itu. Kita juga harus menyentuh kebutuhan-kebutuhan orang-orang yang kepada mereka Injil kita beritakan, mendorong mereka untuk mengetahui lebih dalam, dan melibatkan pribadi kita dalam proses pemberitaan Injil.

I, Isaac Take Thee Rebekah


Judul buku : I, Isaac Take Thee Rebekah

Penulis : Ravi Zacharias

Buku ini berisikan mengenai pergumulan pria dan wanita yang sedang menjalin hubungan, Ravi Zacharias banyak mengambil pelajaran mengenai proses pernikahan antara Ishak dan Ribka(kitab kejadian), menekankan bahwa semuanya dapat terjadi atas hati yang tunduk terhadap kedaulatan Allah.
Pada awal buku ini, Ravi Zacharias menyatakan bahwa hubungan tersebut harus dibangun berdasarkan komitmen/perjanjian antara pasangan tersebut, dan bukan hanya berdasarkan perasaan karena perasaan dapat berubah-ubah. Kemudian Ravi juga menjelaskan mengenai kebutuhan manusia akan pasangan hidup yang sepadan untuk menggenap rencana Tuhan atas hidup manusia tersebut (yang diambil dari awal penciptaan hawa), Ravi juga menjelaskan mengenai proses menjalani hubungan yang menuntut adanya kekudusan, dan disini dibahas dengan detail bagaimana pasangan harusnya menjauhkan diri dari pencobaan (seperti: pacaran bukan ditempat yang tertutup, dll) namun Ravi juga menjelaskan bahwa kekudusan tidak hanya dijaga dari luar namun di dalam hati juga.
Pada bagian akhir buku ini, Ravi membahas bagaimana criteria wanita atupun pria yang tepat. (seingatku) pria/ wanita yang tepat adalah pria dan wanita yang mimilki kehidupan doa dan hidup yang seturut dengan firman Tuhan. Ravi menemukan criteria pria dan wanita ini berdasarkan Ishak dan Ribka juga.
Cuma segini yang bisa aku ingat dan tuliskan, berharap teman-teman tertarik untuk membacanya. Bukan hanya untuk teman-teman yang “belum berpasangan”, namun juga teman-teman yang “sudah memiliki pasangan”. Hehehee.. tidak pernah berhenti untuk belajar kan^^

Bukan Sekedar Kuliah


Judul Buku:Bukan Sekedar Kuliah
Penulis :Jerry White

Bagian pendahuluan buku ini sudah cukup membuat terhenyak. Penulis mengatakan bahwa ia melihat banyak mahasiswa Kristen ingin menunaikan tugas mereka dengan baik di kampus, baik itu studi maupun pelayanan, tetapi tekanan waktu dan kurangnya pengetahuan tentang metode belajar membuat mereka tidak dapat mencapai hasil tersebut.

Pertanyaan mendasar pertama yang coba dijawab bersama adalah mengapa kita berkuliah. Motivasi yang benar serta petunjuk dari ALLAH akan menjadi pondasi yang kuat dalam usaha meraih sukses dalam kuliah. Hidup kita memang lebih dari sekedar buku buku dan pendidikan. Tetapi saat ini Allah telah menempatkan kita di seputar buku buku dan pendidikan, sehingga kita perlu tahu bagaimana menangani hal itu.

Strategi bisa berbeda beda, namun hal pertama yang dibukakan dalam buku ini adalah prinsip prinsip berkuliah. Ada 11 prinsip umum berkuliah yang sebenarnya kita pasti sudah pernah mendengarnya, namun disampaikan secara lebih detail dan khusus beserta implikasi prinsip tersebut dalam kehidupan perkuliahan. Prinsip ini bersifat umum sehingga dapat diterapkan di semua mata kuliah dengan pendekatan yang berbeda juga dengan cara cara khusus yang berbeda untuk tiap orang. Setelah menguraikan prinsip, selanjutnya beralih kepada strategi dalam perkuliahan. Walaupun strategi yang dikemukakan cenderung sulit dipraktekkan karena setiap mahasiswa mempunyai cara belajar yang berbeda namun satu hal yang penting dalam keberhasilan studi adalah rencana atau penjadwalan yang akhirnya memberikan kebebasan bukan malah pembatasan. Strategi strategi yang dikemukakan dapat dicoba dan disesuaikan dengan gaya dan kepribadian kita masing masing. Strategi di sini juga direfleksikan dalam membuat target untuk diri kita sesuai dengan hasil analisis diri kita masing masing. Target ini bukan dibuat agar kita memegahkan diri, sebaliknya nilai yang baik dapat memberi kesaksian yang baik dan pengertian tentang pencapaian. Ketika kita mengerjakan sesuatu dengan baik, sesungguhnya kita sedang mendemonstrasikan berkat Allah dalam kehidupan kita.

Satu bagian menarik dari buku ini yang juga sering menjadi pergumulan para pengurus dan pelayan persekutuan mahasiswa adalah keseimbangan antara kuliah dan pertumbuhan rohani. Baik studi maupun pelayanan dan kegiatan rohani adalah dua hal yang sama sama diperlukan. Allah menempatkan kita di kampus untuk belajar dan melayani, bukan salah satu tapi keduanya. Oleh sebab itu studi haruslah menjadi pertimbangan kita ketika menentukan beban kegiatan pelayanan kita, bagaimana menangani tuntutan studi atau pelayanan yang berlebih, serta bagaimana mengatasi konflik di antara keduanya. Ada catatan khusus yang menyatakan bahwa mahasiswa yang tidak dapat melaksanakan tanggungjawabnya dengan baik, misalnya di studi, pada gilirannya pun akan gagal untuk menjalankan kepemimpinan dimana pun termasuk di pelayanan.

Mewujudkan kuliah yang bukan sekedar kuliah bukan hal yang mudah. Tekad, usaha, serta disiplin merupakan syarat untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan tersebut tidak lain seperti yang disampaikan dalam kolose 3:23, “apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu, seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”(Ruth Nikijuluw)

Pierced by the Word


Judul Buku:Pierced by the Word
Penulis:John Piper

Buku ini berisikan 31 renungan untuk menyegarkan jiwa pembacanya. Seperti renungan-renungan yang biasanya dituliskan oleh John Piper selalu diakhiri dengan doa yang sesuai dengan hasil renungan yang dibahas di tiap renungan. Dari 31 renungan di dalam buku ini ada renungan yang paling aplikatif (dalam kehidupan modern sekarang ini), yaitu reungan terhadap berhala kepada televisi.
Kebanyakan manusia modern menghabiskan waktunya di depan televisi yang mengkonsumsi ketidak-pastian secara tetap yang akan menciutkan jiwa penontonnya. Setiap penontonnya akan semakin terbiasa dengan semua hal yang ditampilkan dalam televisi. Kebodohan menjadi kelucuan. Kelucuan menjadi menjadi hiburan. Dan hiburan menjadi kepuasan jiwa. Dan akhirnya jiwa yang diciptakan untuk Allah telah menciut hingga pas dengan ukuran kebodohan.
Dari potongan penulis tersebut mengenai ketergantungan manusia modern terhadap televisi menandakan bahwa masih ketergantungan terhadap televisi bisa menciutkan jiwa penontonnya sama dengan kebodohan.

Artful Work


Judul buku: Artful Work
Penulis:Dick Richards
Penerbit:Metalexia Publishing

Buku ini dibagi dalam 10 bagian yang menarik. Penulis mencoba mengingatkan bahwa semua pekerjaan adalah seni dan kita harus menghargainya dengan semangat dan komitmen. Bukan dengan cara berganti pekerjaan kita akan menemukan pekerjaan yang pas namun dengan mencintai pekerjaan kita akan menemukan apa yang selama ini kita cari. Bagaimana memaknai pekerjaan dengan kegiatan yang kreatif, partisipatif, dan penuh arti dengan visi dan misi yang jelas adalah tujuan dari buku ini.
Covernya menarik, tulisannya besar, dan dibagi ke dalam sub bab-sub bab membuat pembaca tidak cepat bosan. Cocok untuk mereka yang ingin masuk ke dunia kerja maupun untuk mereka yang sudah bekerja. Solusi dan pembahasan yang sistematis membuatnya mudah dimengerti. Namun bahasa yang digunakan agak berat tapi tetap berisi. Jumlah halaman pas untuk dibaca dan ukuran buku tepat.
Banyak perumpamaan, cerita, dan pengalaman pribadi akan memperkaya wawasan rohani kita tentang perspektif akan pekerjaan, so tunggu apa lagi? Sudah ada problem solving dan catatan praktis yang menunggu untuk dibaca nih!

Sex Is Not Problem


Sex Is Not Problem (Lust is)Kemurnian seksual di tengah dunia yang dipenuhi hawa nafsu
By : Joshua Harris
Penerbit : Pionir Jaya

Buku ini merupakan satu dari rangkaian buku karya Joshua Harris yang membahas mengenai komitmen kepada Allah, Komitmen kepada pasangan (sesama manusia), dan komitmen kepada diri sendiri. Bagi yang sudah memiliki buku I kissed dating goodbye, dan Boys meet girls, akan sayang sekali bila tidak melengkapinya dengan buku ini.
Bagian pertama dari buku ini menceritakan kebenaran mengenai hawa nafsu. Dibahas mengenai mengapa manusia kelihatannya tidak dapat sedikitpun lolos dari jeratan hawa nafsu, walaupun telah menetapkan standard yang sudah cukup tinggi. Buku ini menceritakan dengan jujur bagaimana orang, baik pria dan juga tidak terlepas, wanita berjuang sedemikian kerasnya dengan usaha mereka sendiri untuk keluar dari treadmill rasa malu dan bersalah atas ketidakmampuannya memenuhi standard yang ditetapkannya sendiri. Juga akan dibahas mengenai apakah seks itu dosa atau biologis, dan kebenaran bahwa tak ada seorangpun yang dapat menyelamatkan dirinya sendiri, termasuk dari godaan hawa nafsu.
Di bagian kedua buku ini dengan sangat jujur membukakan mengenai identifikasi pemicu hawa nafsu, seperti misalnya apa yang dilakukan lebih sering dalam waktu seharian, identifikasi tempat-tempat yang mungkin menggoda, Koran dan majalah, buku, film, internet dan bahkan di tempat umum. Kemudian dibukakan mengenai kebenaran identitas atau jati diri sebagai pria dan wanita.
Kemudian akan dibahas mengenai seks yang berpusat kepada diri sendiri. Buku ini bukanlah buku mengenai seksologi, dan di bagian akhir, buku ini ditutup dengan bab mengenai kekuatan sebuah janji dan sedikit lampiran jejak pertobatan, dan satu artikel tentang download kesucian, bagaimana untuk memerangi dosa pornografi melalui internet.

Don't Waste Your Life


Judul buku: DON’T WASTE YOUR LIFE
Penulis: John Piper

“Barangsiapa kehilangan nyawanya karena AKU dan Injil, akan menyelamatkannya”. Dengan kata lain, akan lebih baik kehilangan hidup kita daripada menyia-nyiakannya. Fokus utama dalam kehidupan bukanlah melarikan diri dari penderitaan, tapi bagaimana membuat hidup kita menjadi berati: memuliakan dan menikmati Allah, dan menghidupi hidup yang telah dibayar mahal oleh darah Kristus di kayu salib. Hidup kita bukanlah milik kita lagi, melainkan milik Dia dan seharusnya bukan Pencipta yang memiliki kawajiban kepada kita, tetapi sebaliknya.

Salah satu outcome dari usaha kita untuk tidak menyia-nyiakan hidup adalah perbuatan baik yang kita kerjakan. Tapi setiap perbuatan baik harus merupakan suat penyataan dari kemuliaan Allah. Yang menjadikannya baik bukanlah perbuatan itu sendiri, melainkan hasrat dan pengorbanan untuk menjadikan Allah sendiri dikenal sebagai Allah yang mulia. Bukan hanya mengagumi hidup yang kita nikmati, tapi lebih lagi, yakni memuliakan-Nya.

Mungkin kadang kita berpikir, iman adalah anugerah dan kita telah dibenarkan oleh iman. Pemahaman ini tidak salah, tapi bagaimana kemudian menjelaskan bahwa kita memiliki iman teguh tapi ternyata kita masih memiliki hidup yang belum diubahkan??

Berbeda dengan buku Mere Christianity yang banyak membukakan pemikiran kita mengenai hal-hal asali, dalam buku ini, Piper lebih banyak memberi petunjuk tentang hidup yang berarti; tidak disia-siakan, dan memliki hasrat penuh hanya bagi Sang Pemberi Hidup. Ia juga banyak mengambil kisah Paulus yang sangat militan dan memiliki hasrat yang tidak pernah surut untuk memuliakan Allah.(Ika – akun 06)

MERE CHRISTIANITY


Judul buku:MERE CHRISTIANITY
Penulis: C S Lewis

Ini adalah salah satu buku yang wajib dibaca orang Kristen! Lewis memang penulis yang bisa memaparkan buah pikirannya dengan kalimat-kalimat yang sederhana dan gampang dimengerti (tapi bukan berarti kita gak bakal bingung pas baca buku ini). Aku sendiri cukup bingung saat membaca bab-bab awal, tapi ke belakang, semua topik semakin jelas dan semakin membuka pemikiranku bahkan yang tesimpan di bawah alam sadarku. Buku ini berasal dari siaran radio yang dilakukan Lewis dan kemudian beliau membukukannya.

Apa arti Mere Christianity? Kekristenan Asali, bukan untuk mempertanyakan atau memperdebatkan atau bahkan menguji konsep keKristenan yang selama ini kita yakini –selama kita benar-benar telah ‘menggumulkan’ konsep tersebut dengan benar-. Tapi lebih kepada membukakan pemkiran-pemikiran manusia Kristen yang sangat mendasar: benar dan salah sebagai petunjuk bagi alam semesta, yang dipercaya oleh orang-orang Kristen, perilaku Kristen, dan melampaui batas kepribadian atau langkah-langkah pertama dalam doktrin Tritunggal.

Lewis sendiri pada masa mudanya pernah jatuh pada ketidakpercayaannya pada adanya Tuhan, alias atheisme. Tapi kemudian dalam buku ini, secara implisit dia kembali menyatakan kesalahannya karena mengabaikan eksistensi Penciptanya.

The Discipline of Grace


Judul buku : The Dicipline of Grace
Penulis : Jerry Bridges
Penerbit: Pionir Jaya

“HARI TERBURUK ANDA TAKKAN PERNAH SEDEMIKIAN BURUK SEHINGGA ANDA BERADA DILUAR JANGKAUAN ANUGRAH ALLAH. HARI TERBAIK ANDA TAKKAN SEDEMIKIAN BAIK HINGGA ANDA TIDAK MEMBUTUHKAN ANUGRAH ALLAH”
Kita menyadari kalau kita semua membutuhkan anugrah. Tanpa anugrah, kita tidak bisa memperoleh keselamatan melalui Yesus Kristus. Tapi “dibenarkan” hanyalah satu titik dimana selanjutnya kita akan menghadapi proses pengudusan. Mungkin kalau kita denger kata”kekudusan”, terdengar sesuatu pekerjaan yang sangat berat. Karna sering kali kita berpaling dari anugrah kepada disiplin.
Penulis menjabarkan bagaimana seharusnya disiplin rohani dilakukan atas dasar sukacita karna anugrahNYA. Terkadang seringkali kita melakukannya atas dasar “kinerja kita” yang pada akhirnya menjadi “kesombongan rohani” (karna lebih baik dari orang disekitar kita) lalu berakhir pada “kerohanian yang mandek”, karna sering kali memakai standar manusia padahal seharusnya memakai standar ALLAH yang menginginkan kita menjadi serupa dengan AnakNYA. Dimana akhirnya kekudusan dikerjakan atas dasar anugrah dan dikerjakan selama kita hidup.
Sistematika buku ini bagus lo..diawali dengan (bahasaku: fondasi awal) definisi dari keselamatan-kemudian anugrah dan akhirnya membahas tentang disiplin itu sendiri..
Berharap bahasan buku ini bisa jadi intropeksi ke diri kita masing-masing.. Mungkin saat ini kita melakukan disiplin rohani yang mulai bergantung kinerja kita sendiri!

(Tips dari buku: jangan lupa untuk menginjili diri kita sendiri^^)