Friday, April 30, 2010

WHEN DREAMS COME TRUE



Judul : When Dreams Come True
Pengarang : Eric & Leslie Ludy

’Kisah nyata yang menginspirasi setiap insan yang merindukan cinta sejati’.

Buku ini diceritakan oleh dua orang, Eric dan Leslie sejak mereka berdua remaja dan merasakan jatuh bangun dalam dosa di masa muda mereka. Ketika beranjak dewasa dan merasakan hidup baru dalam Tuhan, mereka mulai meninggalkan dosa-dosa itu dan berbalik menjadi misionaris dan melakukan berbagai pelayanan ke daerah/negara yang membutuhkan maupun mengikuti kegiatan sosial di gereja dan di lingkungan rumah mereka. Eric dan Leslie pun mengalami pemulihan hubungan dengan keluarga dan teman-teman di sekitarnya.

Eric dan Leslie berkenalan di sebuah gereja dan akhirnya menjalin hubungan pertemanan yang berlanjut ke persahabatan. Mereka benar-benar merasakan bahwa selalu ada campur tangan Tuhan dalam hubungan mereka. Bahkan ketika Eric harus melayani di daerah yang jauh selama berminggu-minggu sampai berbulan-bulan, mereka tetap dapat menjalin hubungan walaupun tentunya ada keinginan untuk bersama. Mereka menyadari bahwa tidak seharusnya hubungan mereka membuat mereka jauh dari Allah, tetapi lewat hubungan mereka, mereka dapat lebih lagi taat dan takut sama Allah.
Dalam setiap kegiatan yang mereka berdua jalani bersama, Eric dan Leslie sangat menjaga kekudusan hidup. Mereka tidak mau lagi jatuh ke dalam dosa seperti saat-saat dulu. Setelah menjalani hubungan beberapa lama, ada keraguan dalam diri Eric, mengingat bahwa Leslie masih sangat muda. Tapi karena Eric dan keluarganya merasa bahwa Tuhan sendiri yang sudah campur tangan, maka Eric pun berbulat hati untuk melamar Leslie.

’Apa pun kesalahan masa lalu Anda, masa depan yang penuh semangat menanti Anda. Sebuah masa depan yang akan penjadi perayaan meriah dari impian yang menjadi nyata – mimpi-mimpi Allah yang Dia impikan hanya untuk Anda.’

HOW TO BE A CHRISTIAN WITHOUT BEING RELIGIOUS



Judul : How to be a Christian without being Religious
(Menikmati kebebasan sejati sebagai seorang Kristiani)
Pengarang : Fritz Ridenour

Sejak zaman gereja mula-mula, orang kristian telah banyak mengeluhkan sulitnya “menjadi baik” dan menyenangkan Allah melalui perilaku “religius”. Sekalipun telah berusaha keras, mereka tak pernah merasa “cukup baik”─sehingga mereka terjebak dalam rasa bersalah yang sangat dalam. Dalam buku ini Anda akan menemukan bahwa sebenarnya Allah tidak menghendaki Anda mengalami hal itu.

Dalam studi klasiknya atas kitab Roma, Fritz Ridenour mengungkapkan bahwa keKristenan bukan sebuah agama, melainkan sebuah hubungan. Kekristenan bukan sesuatu yang dapat dimatikan oleh ritual, peraturan, dan tradisi yang tidak membawa sukacita dan melumpuhkan pikiran. Menjadi orang kristiani bukan berarti merangkul keharusan untuk menaati berbagai hukum dan aturan. Bukan pula keharusan untuk menjadi religius, untuk menemukan Tuhan dan menyenangkan Dia melalui usaha-usaha kita yang sia-sia. Menjadi seoorang Kristiani berarti mengenal─dari lubuk hati kita─bahwa melalui anugerah-Nya yang besar Allah telah turun ke dunia dan menemukan Anda, sehingga yang harus Anda lakukan adalah percaya kepada-Nya dengan seluruh hidup Anda.

Ketertarikan orang masa kini terhadap “kerohanian” masih sama dengan pendapat lama, yakni berusaha sendiri menjadi religius dan berhubungan baik dengan Allah (dan diri sendiri). Pertanyaan-pertanyaan rohani masa kini mungkin agak berbeda, tetapi jawabannya tetap sama. Ada satu kebenaran yang mutlak─yakni dalam Injil Yesus Kristus. Anda tak akan pernah menemukan Allah dalam diri Anda yang berdosa. Allahlah, yang menciptakan memelihara alam semesta ini, yang menemukan Anda. Dan Roh Kudus-Nya datang dalam hidup Anda untuk memberi pengharapan, kuasa, dan kekuatan yang melebihi kekuatan Anda sendiri.

Kita bisa belajar dari apa yang dialami Paulus. Paulus adalah orang Farisi yang paling religius dan paling taat hukum; tetapi suatu hari, dalam perjalanan ke Damsyik ia bertemu Yesus. Maka sadarlah Paulus bahwa berusaha menjadi religius adalah usaha yang sangat keras, pergumulan yang sia-sia, dan beban yang sangat berat. Sejak saat itu ia memberitakan kabar baik, yakni bahwa menjadi orang kristiani berarti menanggalkan beban di punggung kita. Anda bebas menjadi apa pun yang telah Allah rancangkan bagi Anda.

Selamat Natal



Judul : Selamat Natal
Pengarang : Dr. Andar Ismail

Buku ini adalah salah satu dari seri selamat Andar Ismail dan sesuai dengan judulnya Selamat Natal, maka buku ini berisi 33 renungan tentang natal.

Membaca buku ini saat masih dalam suasana Natal membuat kita melihat Natal dari berbagai dimensi. Natal yang bagi kita mungkin berlangsung secara rutin setiap tahun ternyata dapat menjadi suatu rutinitas berbahaya seperti yang dismpaikan melalui prolog -Merayakan Natal itu Berbahaya-

Ragam renungan yang disampaikan cukup bervariasi. Ringan namun dapat menggelitik relung hati yang terdalam mengenai motivasi ketika kita merayakan natal. Seperti renungan yang menceritakan bagaimana natal tak akan bermakna tanpa paskah, padahal biasanya kita sebagai orang kristen cendrung lebih mengagungkan peryaan natal dibanding paskah itu sendiri. Ada juga renungan tentang makna dan bagaimana lagu lagu natal yang sering kita dengar dapat tercipta sehingga akhirnya kita dapat memahami, singing with understanding. Terdapat pula renungan tentang apa itu palungan yang sebenarnya, ya palungan yang selama ini kalau di drama drma natal digambarkan begitu hormat dan indah, pada kenytaannya sangat jauh dari itu hingga renungan berbau imajinasi yang dapat membawa pembaca menarik hubungan antara natal 2000 tahun lalu dengan masa sekarang.

Seluruh renungan dengan caranya sendiri dapat membwa makna kepada masing masing pembaca. Santai namun serius. Juga cocok sebagai hadiah natal bagi orang terkasih..=)

Praying God’s World



Judul : Praying God’s World
Pengarang : Beth Moore

Buku ini berisi tentang bagaimana berdoa sesuai dengan firman di dalam Alkitab. Penulis berusaha menjabarkan bagaimana cara berdoa serta memberikan contoh doa itu sendiri yang langsung di ambil dari ayat Alkitab. Maksud dari cara berdoa di sini adalah bagaimana sebagai orang percaya berdoa yang isi dan maksud dari doanya sesuai dengan firman Allah. Penulis menjelaskan hal tersebut secara gamblang dalam 15 pasal. Pasal-pasal tersebut merupakan satu tema doa yang berbeda-beda. Maksudnya kelima belas pasal tersebut menjelaskan bagaimana cara pandang orang percaya terhadap masalah yang sedang dihadapi dan membawanya di dalam doa yang disesuaikan dengan ayat-ayat di Alkitab. Penulis menggambarkan masalah itu sebagai sebuah benteng yang harus dilewati. Penulis menjelaskan bahwa setiap orang memiliki benteng-benteng yang berbeda-beda satu sama lain. Sehingga bisa dikatakan bahwa begitu banyak benteng-benteng masalah tersebut. Tetapi, di dalam buku ini, penulis hanya mejelaskan beberapa benteng masalah. Menurut saya sendiri benteng-benteng yang di jelaskan dalam buku ini sangat umum dan bisa dikatakan semua orang pernah menghadapi benteng tersebut.

Ada 14 benteng masalah yang dijelaskan yaitu:
1. menaklukkan peyembahan berhala
2. menaklukkan ketidakpercayaan
3. menaklukkan kesombongan
4. menaklukkan kebohongan
5. menaklukkan persaan tidak aman karena merasa tidak dicintai
6. menaklukkan perasaan ditolak
7. menaklukkan kecanduan
8. menaklukkan benteng soal makanan
9. menaklukkan perasaan bersalah yang berlarut-larut
10. menaklukkan putus asa karena peristiwa kehilangan
11. menaklukkan ketidakmampuan mengampuni
12. menaklukkan depresi
13. menaklukkan benteng seksual
14. menaklukkan si musuh

Dalam masing-masing pasal (benteng masalah), penulis terlebih dahulu menjelaskan bagaimana pandangan Alkitab terhadap benteng-benteng masalah tersebut dan bagaimana seharusnya seorang yang percaya menghadapi atau menaklukkan benteng masalahnya. Kemudian dicantumkan ayat-ayat Alkitab yang dapat menjadi pedoman bagi kita untuk berdoa dalam menaklukkan benteng-benteng masalah itu. Sehingga di dalam buku ini, cukup banyak dicantumkan ayat-ayat Alkitab sebagai pedoman berdoa. Sebagai contoh:

o Menaklukkan ketidakmampuan untuk mengampuni
Setiap orang percaya memiliki banyak tantangan untuk mengampuni. Tetapi, perlu diingat bahwa kita dipanggil juga untuk dapat mengampuni. Yesus sendiri telah memberikan teladan pengampunan yang luar biasa kepada manusia. Oleh karena itulah, pengampunan juga dapat dikatakan sebagai suatu pelayanan yang semua orang percaya berjuang dalam melakukannya. Pada dasarnya, orang sulit mengampuni karena ada rasa sakit hati atau terluka. Ketika rasa terluka itu terus dipendam dan tidak ada pengampunan, itu dapat mejadi suatu kesempatan bagi si iblis untuk mempengaruhi kita. Sehingga pada akhirnya akan menjadi kanker rohani di dalam diri kita. Sehingga sangatlah penting ketika kita harus belajar mengampuni. Pengampunan itu sendiri adalah kemauan kita yang tegas dan disengaja untuk melepaskan sesuatu pergi. Pengampunan adalah tindakan yang terus-menerus yang melaluinya kita sepakat dengan Allah tentang hal tersebut, mempraktekan belas kasihan yang Ia telah berikan kepada kita, dan menyerahkan situasi, akibat-akibat, dan orang yang menimbulkan luka hati itu kepadanya. Sehingga melalui pengampunan kita diajak juga untuk mendoakan orang yang telah melukai hati kita itu. Sebagai contoh ayatnya tentang pengampunan:
“Ya Tuhan, firmanMu, memberitahukan aku bahwa ketika aku berdiri untuk berdoa, jika aku masih mengingat kesalahan orang lain, aku harus mengampuninya, supaya Engkau, Bapaku di sorga, boleh mengampuni dosa-dosaku (Mrk.11-25).

o Pasal yang lainnya dapat dibaca di buku ini.
Buku ini hanya menjelaskan bagaimana Alkitab berbicara tentang beberapa benteng masalah saja yang sangat terbatas, tetapi point penting yang perlu diingat adalah bagaimana kita bisa melihat benteng masalah kita dari perpektif Firman Tuhan, Alkitab dan berdoa atas benteng masalah itu sesuai dengan firmanNya agar kita dimampukan untuk menaklukkan benteng-benteng masalah tersebut.

REFORMED FAITH (IMAN REFORMED)

Judul : REFORMED FAITH (IMAN REFORMED)
Pengarang : DR. LORAINE BOETTNER, D.D.

Di sepanjang sejarah Gereja, khususnya setelah Reformasi, Calvinisme merupakan arus pikir yang tidak dapat diabaikan pengaruh dan peranannya.

Namun dalam perkembangannya, banyak orang yang tidak mengerti secara tepat apa yang sebenarnya diungkapkan oleh theologi Calvinisme atau Reformed. Akibatnya sering muncul pemahaman atau prasangka-prasangka yang kurang tepat tentang pemikiran theologi ini.

Pembahasan ini mencoba untuk mengangkat dua macam fakta sistem keagamaan: agama yang berdasarkan pada iman (religion of faith) dan agama yang didasarkan pada perbuatan (religion of works), serta bagaimana posisi Calvinisme dalam menanggapi fakta mendasar yang sangat penting ini, khususnya dikaitkan dengan pemahamannya tentang keselamatan orang percaya.

Kiranya buku kecil ini bisa membawa kita pada pengertian yang tepat tentang ajaran Calvinisme dan menjadi berkat bagi banyak orang.
Soli Deo Gloria!

Menjadi Wanita Allah (Being God’s Woman)



Judul : Menjadi Wanita Allah (Being God’s Woman)
Pengarang : Audrey Bowie

“Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan Tuhan dipuji-puji” (Amsal 31:30). Wanita harus melihat hidup mereka sebagai sebuah kesempatan yang sangat istimewa untuk melayani. Menjadi wanita Allah akan memotivasi para wanita untuk:
• Menerima dan melengkapi peranan mereka di rumah, gereja, dan komunitas
• Menghargai keunikan mereka dan kesempurnaan mereka di dalam Kristus
• Menerima kedudukan mereka di dalam kepemimpinan dengan penuh percaya diri, keyakinan, dan belas kasihan
• Mencerminkan Yesus Kristus sehingga orang lain mengenal Yesus

Guys, pokoknya nie buku patut dibaca oleh para wanita yang rindu untuk menjadi wanita Allah. Buku ini memuat topik-topik yang sangat baik, seperti:
1. Wanita- Gender yang diberi hak istimewa
2. Wanita, ciptaan Allah yang unik
3. Arti diri wanita
4. Obat untuk harga diri yang rendah- Menatap ke dalam cermin Allah

Buku ini dibagi jadi 2 bagian besar, yaitu (1) Wanita- Sebuah petunjuk untuk pemuridan wanita dan (2) Menjadi wanita Allah dalam pernikahan. Luar biasa kan topik-topiknya. Nyesel banget kalo ga baca buku ini. Banyak banget yang gw dapet, saking banyaknya susah untuk ditulis di resensi ini. So, buruan baca ya..

Ini adalah gambaran seorang Wanita yang Cantik...(Audrey Bowie)

Biarlah keindahan Yesus terlihat di dalamku.
Keindahan, Bapa, bukan bentuk atau wajah,
Bukan pula sebuah tubuh berpakaian sutera dan renda-
Tetapi, Allah, hatiku sebuah ruangan yang suci,
Tempat kediaman bagi kemurahan Sang Raja.
Lalu biarlah semua orang melihatnya
Kecantikan sejati bebas dari dosa.
Kasih-Mu terjalin, kasih karunia-Mu yang menyelamatkan,
Yesusku, kesaksian-Mu dalam bentuk dan wajahku.


Guys, mari kita bersama-sama menjadi wanita yang Allah inginkan. Menjalankan peran kita sebagai wanita, sebuah ciptaan yang unik karya tangan Allah, untuk menjadi saksi-Nya di dunia.

Memiliki Roh yang Intim dengan Tuhan



Judul : Memiliki Roh yang Intim dengan Tuhan
Pengarang : Alice Smith

Entah kita mengakuinya atau tidak, setiap orang dalam pengejarannya akan Tuhan telah bergumul untuk merasakan hadirat-Nya. Ditulis bagi mempelai wanita Kristus, yaitu Gereja-Nya, penulis dengan kasih menyampaikan kunci-kunci menuju keintiman yang lebih dalam dan bagaimana kita dapat mengembangkan dan menikmati sebuah hubungan yang sangat penting dengan Kristus, Mempelai Pria kita.

Cara hidup mempelai pria dan mempelai wanita memiliki persamaan dengan perjalanan intim kita bersama Tuhan Yesus. Ketika kita diselamatkan, kita menyatu dengan-Nya. Kita mengatakan ya pada komitmen, tapi kita tidak benar-benar mengetahui apa yang diharapkan.

Kabar baiknya adalah Tuhan Yesus sedang mengejar kita dengan bersemangat. Kita mungkin telah menghalangi Dia untuk masuk, telah gagal di hadapan-Nya dengan sangat buruk, tapi Dia tidak akan melepaskan kita. Dia akan mengejar kita menyusuri jalan raya dan jalan kecil, menuju bawah tanah dan selokan air hanya untuk membuat kita mengetahui bahwa Dia mengasihi kita.

Kita tidak dapat menemukan apa yang kita tidak cari, dan kita tidak akan mempercayai apa yang tidak kita kenal. Apa yang benar-benar Dia inginkan adalah agar kita melompat ke pelukan-Nya sehingga Dia dapat mencurahkan kasih-Nya pada kita. Jadi, mari kita mengejar hati-Nya bersama-sama. Mari bergerak dengan penuh sukacita menuju tempat keintiman rohani dan bertumbuh lebih dalam!! Mari melompat bersama!!

Sepuluh Perintah Allah-Museumkan Saja?



Judul : Sepuluh Perintah Allah-Museumkan Saja?
Pengarang : Eka Darmaputera

Dalam ibadah-ibadah sekarang ini, “Dasa Titah” atau “Sepuluh Perintah Allah” semakin jarang terdengar, baik di gereja-gereja “tua” yang “tradisional” maupun di gereja-gereja “baru” yang lebih “kontemporer”. Jika dalam ibadah formal saja Dasa Titah ini sudah dipandang sebelah mata, apalagi dalam kehidupan sehari-hari, betapa buruk nasibnya dalam kehidupan nyata. Di zaman modern ini, ada tiga alasan untuk memuseumkan Dasa Titah. Pertama, Dasa Titah mengekang hidup kita. Sekarang sudah zaman merdeka! Jangan sampai kita kehilangan kemerdekaan hanya karena kita masih memegang erat Dasa Titah? Kedua, Dasa Titah hanyalah peninggalan bangsa Israel-zaman kuno. Apakah kita-warga Indonesia yang hidup di abad ke-21-masih perlu melaksanakannya? Ketiga, Dasa Titah adalah produk Perjanjian Lama. Hukum kasih dalam Perjanjian Baru lebih akurat untuk kita ikuti!
Namun, bila orang dapat mengemukakan tiga alasan mengapa Dasa Titah layak dilupakan, buku ini mengungkapkan jauh lebih banyak alasan mengapa kita justru perlu kembali mengingatnya. Mengapa kita harus menyadari maknanya yang abadi, serta menemukan kembali kekayaan spiritualnya.

Ada dua alasan utama, mengapa Dasa Titah tetap relevan untuk dibicarakan. Pertama, adalah salah jika karena kita “umat PB”, maka kita boleh mencampakkan semua yang berbau PL, termasuk Dasa Titah. Yang tidak boleh dilupakan adalah Hukum Kasih berdasar dan berakar dari Dasa Titah. Tanpa mempelajari Dasa Titah, kita tak mungkin mengenal etika kristiani selengkap-lengkapnya. Kedua, Dasa Titah bukan semata-mata etikanya orang Yahudi dan orang kristiani saja. Dasa Titah mengandung nilai-nilai yang universal. Siapa saja yang berniat membangun kehidupan bersama yang baik, tertib, serta sejahtera, suka tidak suka harus menyepakati nilai-nilai Dasa Titah sebagai pegangan normatif bersama.

Sebaliknya, ketika nilai-nilai tersebut diabaikan, maka-seperti sekarang ini- kehidupan porak poranda, tak utuh, dan tak penuh lagi. Ini membuktikan betapa manusia tidak Cuma perlu “bebas”, tetapi juga perlu “batas”. Orang-orang modern harus mengakui bahwa pmedekatan yang “negatif” ada gunanya. Karenanya, kita harus kembali belajar, bagaimana mengatakan “jangan”, jangan cuma bisa bilang “silakan”.
Dalam kaitan ini, Dasa Titah menemukan kembali relevansinya dalam masa kini. Tiap-tiap pasal dalam Dasa Titah mutlak perlu menempati tempat yang sentral dan vital dalam kehidupan manusia masa kini. Buku ini memaparkan penerapan nilai-nilai dan prinsip-prinsip dari Dasa Titah dalam konteks kehidupan masa kini, seperti bentuk-bentuk pemberhalaan modern, isu hukuman mati dan Eutanasia, peperangan, kehidupan pernikahan dan seksual, homoseksual, praktik-praktik ekonomi dan hukum, dsb.

The Purpose Driven of Life



Judul : The purpose driven of life
Pengarang : Rick Warren

Hidup dengan tujuan adalah satu-satunya cara untuk sungguh-sungguh hidup. Lain dari itu berarti asal hidup saja. Sebagian besar orang bergumul dengan tiga masalah besar: siapa saya, apakah saya penting, dan apakah jabatan saya dalam kehidupan. Jawaban untuk tiga pertanyaan besar tersebut terdapat dalam lima tujuan Allah bagi kita, tujuan tersebut adalah:
1. “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu”: Kita direncanakan untuk kesenangan Allah, jadi tujuan kita adalah mengasihi Allah melalui penyembahan.

2. “Kasilihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”: Kita dibentuk untuk melayani, sehingga tujuan kita adalah menunjukkan kasih kepada sesama melalui pelayanan.

3. “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku”: Kita diciptakan untuk sebuah misi, jadi tujuan kita adalah memberitakan pesan Allah melalui penginjilan.

4. “baptislah mereka dalam ...”: Kita dibentuk untuk menjadi keluarga Allah, jadi tujuan kita adalah berhubungan dengan gereja-Nya melalui persekutuan.

5. “ajarlah mereka melakukan segala sesuatu ...”: Kita diciptakan untuk menjadi serupa dengan Kristus, jadi tujuan kita adalah bertumbuh menuju kedewasaan melalui pemuridan.

Kita mengerjakan hal yang kekal (tujuan Allah) dengan cara sekarang ini dan tepat pada waktunya (generasi kita). Itulah arti dari kehidupan yang memiliki tujuan. Allah tetap mencari orang-orang untuk dipakai. “Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia”. Maukah kita menjadi orang yang bisa Allah pakai untuk tujuan-Nya? Maukah kita melaksanakan tujuan Allah dalam generasi kita?

Suatu hari sejarah akan berakhir, tetapi kekekalan akan berlanjut selamanya. Memenuhi tujuan-tujuan Allah tersebut memang berat, tetapi jangan putus asa, ingatlah upah kita yang akan berlangsung kekal. “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jau lebih besar dari pada penderitaan kami.”
Bayangkan akan seperti apa rasanya nanti, ketika kita semua berdiri di hadapan takhta Allah mempersembahkan kehidupan kita dalam ucapan syukur dan pujian yang dalam kepada Kristus. Bersama-sama kita akan berkata, “Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu smuanya itu ada dan diciptakan.” Kita akan memuji Dia atas rencanya-Nya dan hidup bagi tujuan-tujuan-Nya selamanya!

Thursday, April 29, 2010

Doa Bukan Sekedar Kata-Kata



Judul Buku : Doa Bukan Sekedar Kata-Kata
Karya : Leroy Eims

Buku ini mengungkapkan tentang apa sebenarnya doa itu. Penulis menjelaskan tentang doa dengan mengacu kepada firman Tuhan. Buku ini menyelidiki hubungan antara kehidupa orang percaya dan pengaruhnya terhadap Allah dalam doa. Banyak doa tidak terjawab karena ada ketidaktaatan atau keduniawian dalam kehidupan orang yang berdoa itu. Apabila seorang Kristen tidak taat, pengaruhnya terhadap Allah hilang, kehidupan doanya dilumpuhkan, dan pengaruh yang kuat untuk kebaikan hilang bagi dunia.
Berikut ini ada beberapa hal yang berhubungan erat dengan makna Doa, yakni:
1. Sebagai Anak terhadap Bapanya, Allah mengharapkan anak-anakNya datang kepada Bapa di dalam doa. Allah senang mendengar tangis anak-anakNya dan Ia mmberkati mereka yang berseru kepadaNya. Jadi, karena kita adlah anak Allah, diterima di dalam keluarga Allah, menangis dan berserulah kepada Allah. Curahkan semua isi hati kita. Bapa akan mendengar dan menjawab doa kita.

2. Doa dan Alkitab. Firman Tuhan berkata: “Jikalau firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehedaki.” Janji ini mengingatkan kita lagi pada ikatan yang tidak terputuskan antara doa dan firman Allah. Orang yang melalaikan Alkitab sementara terus berdoa dapat menjadi malas dan pelamun. Sedangkan mereka yang melalaikan doa sementara terus mendalami Alkitab dapat menjadi keras dan rapuh. Kita memerlukan doa dan juga Alkitab. Janganlah kita melalaikan salah satu darinya.

3. Rasa Hormat. Sewaktu kita tiap hari menghampiri takhta kasih karunia dalam doa kepada Bapa di sorga yang penuh kasih, Tuhan Allah yang Mahakuasa, hendaklah kita dating dengan rasa hormat yang sungguh-sungguh.

4. Ketaatan. Jika kita ingin melayani Allah secara efektif, bersekutu dengan Dia di dalam Roh dan kebenaran, dan melihat jawaban-jawaban atas doa kita, maka kita juga harus menaatiNya.

5. Kerendahan Hati. “Ganjaran kerendahan hati dan takut akan Tuhan adalah kekayaan, kehormatan, dan kehidupan” (Amsal 22:4). Jadi hendaklah kita berdoa dengan kerendahan hati.

6. Iman. Matius 21:22 “Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kpercayaan, kamu akan menerimanya”. Oleh karena itu, di dalam doa iman sangat dibutuhkan.

7. Hati yang berbeban. Hosea 12:5 “ Ia menangis dan memohon belas kasihan kepadaNya”. Hati yang berbeban adalah salah satu kunci untuk mempengaruhi Allah dalam Doa.

8. Pujian dan Ucapan Syukur. 1 Tesalonika 5:18 “ Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu”. Allah menghendaki kita untuk selalu mengucap syukur kepadaNya.

9. Bersatu hati. Matius 18:19 “ Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang daripadamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh BapaKu yang di Surga”.

10. Ketekunan. Lukas 18:1 “ Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu”.

11. Bukan hanya Doa, tetapi Doa ditambah tindakan. Nehemia 4:9 “ Tetapi kami berdoa kepada Allah kami, dan mengadakan penjagaan terhadap mereka siang dan malam karena sikap mereka”. Ayat ini mengajarkan bahwa bila doa kita hendak berhasil, maka itu harus disertai kerajinan, kewaspadaan, dan usaha kita yang dipimpin oleh Allah.