Friday, July 15, 2011

Kunci Keberhasilan Pemimpin Pujian dan Musik


Judul Buku: Kunci Keberhasilan Pemimpin Pujian dan Musik
Penulis: Tom Kraeuter
Penerbit:


Buku ini memberikan wawasan kepada pembacanya mengenai apa saja kunci-kunci menjadi pemimpin pujian (MC) dan pelayan musik ibadah yang berhasil membawa jemaat kepada Allah dalam konsep dan dari sudut pandang Alkitab juga ditambah dengan pengalaman-pengalaman sang penulis selama melayani sebagai pemimpin ibadah, baik pemimpin pujian dan pemusik.


1. Memelihara Hubungan Kuat dengan Tuhan
Penulis mengatakan bahwa satu-satunya cara untuk menjadi efektif dalam jangka panjang sebagai pemimpin pujian dan musik ibadah ialah: kalau kita tidak mengejar hubungan yang semakin akrab dengan Tuhan, kalau kita tidak memperkenankan Dia memenuhi bejana yang kosong dalam diri kita, maka kita tidak akan mempunyai apa-apa untuk dibagikan. Kalau hubungan kita dengan Dia terabaikan, maka panggilan-Nya dalam hidup kita pun tidak dapat sepenuhnya terwujud. Memelihara hubungan dengan Dia yang kita sembah, yaitu Allah yang Maha Besar merupakan dasar yang harus ada. Kita tidak dapat berharap untuk menjadi teman akrab dari seseorang yang jarang kita temui. Penting sekali mengkhususkan waktu untuk menjalin persahabatan dengan Tuhan.
2. Mempunyai Sikap Seorang Hamba
Alkitab menyebut Daud sebagai “seorang yang berkenan di hati-Nya” (1 Samuel 13:14). Dalam Mazmur 51:9, Daud menulis, “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kau pandang hina, ya Allah.” Sebenarnya Tuhan tidak memerlukan bakat-bakat kita, Ia menghendaki hati kita. Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani. Pada Markus 9:35 Yesus berkata, “Jika seseornag ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” Kita dapat menjadi seorang hamba dalam banyak hal praktis sehari-hari. Setiap hari kita dapat memutuskan dalam segala sesuatu yang kita perbuat dan katakan, kita akan menjadi hamba yang rendah hati seperti Yesus dan Daud.
3. Mempunyai Hati Seorang Lewi
Bilangan 8:14-16a menyebutkan bahwa tujuan utama kaum Lewi ialah memberi diri kepada Allah. Ada kaitan erat, tujuan utama kita dalam kehidupan ini ialah menjadi kemuliaan bagi nama-Nya. Sebagai pemimpin pujian dan musik ibadah, kita harus menjadi teladan dalam hal hidup bagi kemuliaan Allah. Ayat sebelumnya menyebutkan bahwa orang-orang Lewi “diserahkan dengan sepenuhnya” kepada Allah. Itu bukan hal yang sekali-kali, tetapi kehidupan mereka. Penyerahan diri kita kepada-Nya harus dilakukan tanpa syarat.
4. Hidup Penuh Pujian dan Penyembahan
Kalau kita belum belajar menjalani kehidupan yang penuh pujian dan penyembahan, kita tidak akan dapat masuk dalam ibadah seperti yang dikehendaki-Nya. Sebenarnya ibadah kita pada hari minggu justru merupakan hasil dari kehidupan ibadah sepanjang minggu yang kita lewati. Dalam Yoh 4:23, Allah mencari orang yang beribadah kepada-Nya dengan benar – yang hatinya selalu sujud menyembah Dia. Kalau kita memupuk pujian dan penyembahan dalam kehidupan kita sehari-hari, kita akan memberi reaksi yang benar; kita akan menyembah Tuhan, dan dilakukan secara berkelanjutan. Allah menghendaki kita mempunyai hati yang sujud menyembah Allah dalam setiap perbuatan dan perkataan.
5. Berterima Kasih kepada Allah
Merenungkan dan menyelami kasih Tuhan akan menggugah kita untuk menjadi orang-orang yang berterima kasih. Ada kalanya kita perlu mendesak diri untuk mempersembahkan korban syukur. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah membiasakan diri berterima kasih pada Allah. Hati yang setiap hari penuh ucapan syukur akan jauh lebih efektif dalam memimpin ibadah bersama.
6. Berjalan dalam Kasih Karunia Allah
Kita sudah gagal di hadapan Tuhan, tapi darah Yesus yang menyelamatkan. Dengan menyadari dan berjalan dalam kasih karunia Allah, kita akan memperoleh lebih banyak kekuatan dari berusaha hidup dengan mengandalkan kekuatan sendiri. Kita tidak dapat hidup dengan sempurna, tanpa jatuh ke dalam dosa, kalau kita sanggup, kematian Yesus tidak ada artinya. Masalah yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kita menangani jatuh dalam dosa. Ia justru menghendaki kita datang kepada-Nya seperti anak yang hilang. Kalau kita mau meresapi pengampunan-Nya menutupi kegagalan kita, maka kita akan lebih mudah untuk percaya, Ia dapat memakai kita. Mendekatlah kepada Tuhan, maka kita akan memperoleh kekuatan yang terus membuahkan perubahan dalam perjalanan bersama Tuhan.
7. Disiplin Diri
Kita harus bersedia mendisiplin diri dalam banyak hal, seperti berdoa, ber-PA, berlatih musik, dsb. Agar menjadi efektif dalam semua hal itu, dibutuhkan sikap hati yang tidak setengah-setengah. Perlu disiplin diri untuk menjadi pemimpin yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita perlu membuat manusia fisik kita tunduk pada Roh Kudus. Ia ingin agar kita menyerahkan kehendak dan daya ke dalam kehendak dan kerinduan-Nya bagi kita. Yak 4:7, “tunduklah” dan “lawanlah” adalah kata aktif, menuntut tindakan. Hanya kalau kita berakar dalam kasih karunia dan rahmat Allahlah kita akan memperoleh kemampuan untuk mendisiplin hidup kita.
8. Memahami Firman Allah
Kalau kita tidak mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang kebenaran firman Allah dan tidak menjadi pelaku firman, maka karunia, bakat, panggilan apa pun tidak akan dapat mewujudkan maksud dan tujuan Tuhan. Firman Allah adalah satu-satunya sumber kebenaran, karena itu firman Allah perlu menjadi penentu apa yang kita percaya dan bagaimana kita harus hidup. Melalui firman Tuhan kita dimungkinkan menjaga langkah kita dan mereka yang kita pimpin agar tetap berada dalam rencana-Nya. Mengenal Allah melalui firman-Nya adalah unsur penting menjadi MC dan pemusik yang efektif.
9. Menjadi Teladan
Dimana pun kita berada, apa pun yang kita lakukan, orang akan mengamati, seperti apa seorang Kristen. Daud menyadari hal ini, sewaktu ia di depan seluruh kaum Israel memuji dan menyembah Tuhan, Daud menari-nari di hadapan Tuhan dengan sekuat tenaga. Dalam 2 Tes: 3:9, Paulus menjadi teladan yang pantas diikuti oleh orang lain. Sebagai MC dan pemusik, kita harus sedemikian rupa menunjukkan kehidupan kita sendiri sehingga orang dapat melihat seperti apa seorang pemuji menyembah Tuhan. Suka atau tidak suka, orang akan belajar dari teladan kita.
10. Menggunakan Karunia dari Tuhan
Tuhan sudah memberi kita masing-masing karunia untuk digunakan bagi kemuliaan-Nya. Paulus memberi nasihat pada Timotius untuk mengobarkan karunia Allah. Allah memilih cara untuk kita mengembangkan karunia kita. Ia mengharapkan kita belajar menggunakan karunia semaksimal mungkin. Tentu saja Ia akan memimpin dan membimbing kita, tetapi kita harus menghidupi karunia itu sehingga berguna membangun jemaat. Sewaktu mengembangkan karunia yang Tuhan telah beri, kita seharusnya juga setia berdoa.
11. Menentukan Prioritas
Cara sederhana untuk berusaha mengetahui apakah sesuatu itu dari Tuhan atau bukan ialah melihat apakah sesuatu itu mengganggu prioritas utama. Berjuang untuk menentukan, mengerti, dan menerapkan prioritas alkitabiah dalam hidup kita. Bila prioritas benar, kita akan merasa dipimpin Allah dan kehendak-Nya daripada oleh permintaan orang lain. Cari wajah Tuhan untuk mengetahui prioritas-Nya dalam hidup kita, dan terapkanlah!
12. Mengembangkan Kecakapan Administratif
Tidak hanya cukup memiliki kreatifitas dalam melayani, tapi juga terorganisir karena Allah kita adalah Allah yang tertib. Bila kita tidak mengembangkan kemampuan organisasi, maka dampak kita tidak akan sekuat yang Allah dambakan.
13. Memedulikan Jemaat
Seringkali kita melayani, tapi tidak melayani orang-orang. Yesus sendiri mati untuk orang-orang. Kita diberi tanggung jawab untuk memimpin jemaat memuji dan menyembah Tuhan. Bab ini mengajak kita melihat bahwa keperluan orang yang kita layani lebih penting daripada keperluan kita sendiri. Mengutamakan keperluan orang lain tidak selalu menyenangkan. Memedulikan jemaat berarti memberi dorongan kepada mereka dengan penuh kasih supaya mengikut kita memasuki hadirat Tuhan. Sebagai pemimpin ibadah, kita perlu memberi perlakuan yang membesarkan hati dan sudah tentu kita perlu mendengarkan reaksi jemaat. Salah satu tanggung jawab kita adalah ke jemaat. Kadang responnya negatif, tapi sadari bahwa mereka Tuhan pilih untuk kita pimpin.
14. Siapa Menjadi Anggota Tim?
Kita perlu memilih orang yang tepat dalam tim. Langkah pertama adalah berdoa. Doa harus menjadi prioritas utama. Yang perlu didoakan adalah agar Tuhan memunculkan orang yang tepat dalam jemaat atau mengirim orang yang tepat ke dalam jemaat. Kedua, mintalah hikmat dan kepekaan terhadap pimpinan Roh Kudus, siapa yang akan menjadi anggota tim (1 Kor 2:16). Beberapa kualitas yang diperluakan dari anggota tim: kedewasaan rohani adalah hal pertama, komitmen, baik kepada Tuhan maupun jemaat, dan kecakapan musik. Kecakapan musik yang tidak memadai akan mengganggu orang yang sedang beribadah. Komunikasi juga hal yang penting dalam tim. Yang terpenting adalah: DOA.
15. Mempedulikan Anggota Tim
Hubungan yang diwarnai dengan kasih, kepedulian, dan keramahan harus mengiringi segala sesuatu yang kita lakukan sebagai tim. Hubungan seperti ini akan meningkatkan kualitas permainan musik tim. Tuhan sedang membangun orang-orang-Nya menjadi rumah rohani, tempat mempersembahkan persembahan rohani, tempat menaikkan pujian dan penyembahan (1 Pet 2:5). Caranya pertama-tama, anggota tim harus berkomitmen untuk menjalin hubungan yang harmonis, misal dengan makan bersama. Prinsip yang lebih penting adalah perintah Tuhan untuk saling mengasihi dan memedulikan satu sama lain.
16. Apa yang Dilakukan dalam Latihan?
(1) Ibadah pujian dan penyembahan. Bersama-sama memuji dan menyembah Tuhan dalam satu tim penting sekali. (2) Doa. Kita harus mengadakan waktu untuk saling mendoakan, mendoakan jemaat, pendeta, dll. Bersama-sama berdoa dan mencari petunjuk Tuhan. (3) Lagu-lagu baru. Sebaiknya diberikan lembaran lagu. Tim harus tuntas belajar lagu tersebut. (4) Lagu-lagu lama. Akan sangat baik bila kita mempunyai daftar lagu, membuat aransemen baru untuk lagu lama. (5) Evaluasi ibadah yang lalu. Meninjau ibadah yang lalu akan mengevaluasi sebab-sebab keberhasilan atau kegagalan dan melihat perbaikan apa yang dapat dilakukan. (6) Musik khusus. Perlu waktu yang lebih banyak untuk musik khusus. Variasi juga diperlukan dalam latihan untuk menjaga minat dan semangat tim.
17. Memahami Fungsi Musik
Fungsi musik adalah sarana memuji dan menyembah Tuhan. Musik adalah sarana yang indah untuk mengungkapkan perasaan kagum kepada Tuhan. Fungsi lainnya adalah untuk mengajarkan firman Tuhan (Kol 3:16). Musik juga dapat menjadi sarana penyataan kuasa Tuhan, contohnya Paulus dan Silas dipenjara dan ketika Yosafat menghadapi perang. Musik juga sarana memberitakan perbuatan besar yang dilakukan Allah. Musik pun menolong kita mewujudkan kesatuan dalam ibadah. Musik mempersiapkan hati untuk menerima firman Tuhan dalam khotbah.
18. Memahami Musik Sebagai Alat Ekspresi
Kita harus berusaha semakin peka bagaimana kita dapat mengiringi gerakan Roh Kudus melalui musik. Kalau semua lagu serupa, kita tidak cukup mengekspresikan hati Allah. Untuk itu kita perlu belajar menggunakan setiap instrumen agar menjadi alat ekspresi. Yang penting kita belajar menjadi peka dan kreatif dalam memainkan musik demi mendukung apa yang hendak Tuhan lakukan.
19. Memahami Kuasa Musik
Musik mengandung daya yang kuat. Kita perlu mencari tahu bagaimana menggunakan musik sepotensial mungkin. Perkenankanlah kreativitas dan kepekaan-Nya memenuhi kita supaya kita dapat menggenapi maksud dan tujuan-Nya di bumi ini.
20. Memilih Lagu
Kunci utama memilih lagu ialah menciptakan keseimbangan dan memasukkan bermacam-macam irama musik dan tipe lagu yang akan dinyanyikan. Yang dianjurkan penulis adalah memeriksa syair lagu lama dan lagu baru; apakah liriknya sejalan dengan firman Tuhan, apakah lagu itu dimengerti oleh jemaat, apakah lirik cocok dengan ketukan iramanya. Selanjutnya kita harus memeriksa musiknya dan keseluruhan ragam lagu yang dinyanyikan. Selalu tanggap terhadap lagu-lagu baru.
21. Loyalitas
Kita harus meyakinkan diri sendiri bahwa loyalitas dalam hubungan dengan pengkhotbah bukan sesuatu yang sia-sia. Prinsip penting dalam loyalitas adalah tabur-tuai. Berkat Tuhan akan tercurah kepada jemaat sebagai hasil loyalitas kita.
22. Tetap Bertahan
Kita perlu mengingat bahwa yang kita lakukan dalam ibadah adalah melayani Tuhan, bukanlah ketenaran, saat yang menyenangkan, atau hal lain. Tuhan tertarik untuk melihat bagaimana kita menghadapi kesusahan. Kalau sedang lemah dalam pelayanan, ingatlah 1 Tes 5:24, bahwa Allah yang memanggil kita adalah setia.
23. Melayani Melampaui Zona Nyaman
Kalau kita hanya diam di satu tempat di mana kita merasa nyaman, kita tidak akan pernah bertumbuh. Kita harus melakukan apa yang Tuhan minta, bukan yang nyaman di diri kita.
24. Persiapan Memimpin
Kita perlu persiapan secara pribadi sebelum akhirnya memimpin, karena Allah sendiri adalah Allah yang berencana. Merancang sesuatu bukan hal yang salah. Kalau kita sudah merancang sesuai dengan pimpinan Allah, terjadinya perubahan sewaktu ibadah adalah kekecualian.
25. Memahami Dinamika Ibadah
Kita perlu tetap terbuka dan peka kepada Roh Kudus selagi kita memimpin. Petunjuk praktis: ciptakan aliran lagu selama kebaktian, hindari laju yang terlalu cepat. Banyak jemaat yang belum persiapan sebelum ibadah, jadi mereka pun perlu persiapan. Kemudian tetaplah memandang kepada Tuhan. Akan lebih mudah kalau kita sudah persiapan dan kita sadar akan kehadiran Tuhan dan sadar apa yang akan dilakukan Roh Kudus.
26. Mengusahakan yang Terbaik
Allah membuat yang terbaik melalui ciptaan-Nya. Kita juga perlu menanam konsep ini, memberi yang terbaik. Mendoakan hal tersebut merupakan kunci utama. Firman Tuhan adalah tolak ukurnya. Jika kita mengusahakan yang terbaik dalam semua hal yang kita lakukan, Tuhan akan dihormati.

Lumongga A. L. S.

Boy Meets Girl


Judul : Boy Meets Girl (terjemahan)
Penulis : Joshua Harris
Penerbit : LLB

Siap Menjalani “Percintaan Dengan Tujuan”?

Lelah dengan hubungan yang berpusat pada diri sendiri dan selalu berujung kekecewaan? Inilah saatnya memikirkan kembali apa itu percintaan? Membangun hubungan kasih dan komitmen bukan berarti membuang semua harapan, integritas atau kerinduan hatimu.

Dalam Boy Meets Girl, Joshua Harris – cowok yang pernah berhenti berkencan – menekankan pentingnya masa menjalin hubungan lawan jenis. Ini terdengar kuno, tapi masa kenal-mengenal sangat diperlukan dalam hubungan lawan jenis pada masa kini yang serba canggih. Ini percintaan yang dituntun oleh hikmat, dipedulikan oleh komunitas, dan dipandu Firman Tuhan.

Berisi kisah-kisah inspiratif tentang cowok dan cewek yang menemukan kembali pentingnya saling mengenal, buku Boy Meets Girl begitu jujur, romantis, dan menyegarkan, lagipula alkitabiah. Tempatkan Tuhan di pusat hubunganmu selagi kamu belajar:
- Menetapkan arah yang jelas dalam percintaan.
- Menjadi dekat tanpa berkompromi.
- Menemukan dukungan dari komunitas yang peduli.
- Menangani masalah dosa masa lalu.
- Mengambil keputusan yang benar tentang masa depanmu.

Termasuk 8 ide dari Joshua Harris untuk mengembangkan dan memadu hubungan lawan jenis berupa membangun percakapan dalam hubungan lawan jenis.

Improving Your Serve


Judul:Improving Your Serve (Terjemahan)
Penulis: Charles Swindoll
Penerbit: Pionir Jaya


Saya
Milik Saya
Diri Saya Sendiri

Temuilah monumen diri sendiri ini. Kebanyakan orang menghabiskan sebagian besar waktu dalam hidup mereka dengan membangun monumen ini.

Buku ini diperuntukkan bagi mereka yang siap untuk menyerang monumen tersebut. Bersedia untuk sepenuhnya mencurahkan perhatian untuk menjadi seseorang yang berbeda.

Bukan orang yang selalu mau mendapatkan...tetapi seorang pemberi.
Bukan orang yang selalu menyimpan dendam...tetapi seorang pemaaf.
Bukan orang yang selalu mengingat-ingat kesalahan, tetapi seorang yang dapat melupakan.
Bukan seorang bintang...tetapi seorang pelayan.

Jikalau Anda bersedia untuk menginvestasikan lebih banyak lagi...jikalau Anda sungguh-sungguh merindukan Tuhan yang lebih dari seharga tiga dolar saja, maka inilah saatnya Anda memulai suatu perjalanan yang akan mengubah hidup Anda selamanya.

Buku edisi khusus ini menyampaikan salah satu pesan yang paling penting bagi zaman ini. Karya Charles Swindoll yang bertemakan tentang pelayanan kepada orang lain ini, tidak habis-habisnya telah memberikan inspirasi dan kekuatan bagi beratus-ratus ribu orang Kristen. Alamilah sendiri seni menjalani hidup yagn tidak mementingkan diri sendiri sementara Anda belajar untuk “meningkatkan pelayanan Anda.”

Margin


Judul Buku : Margin
Penulis : Richard Swenson
Penerbit : Pionir Jaya


Kelebihan beban contohnya tidak memiliki waktu untuk me-nyelesaikan buku tentang stres yang sedang Anda baca. Memiliki margin contohnya memiliki waktu untuk membacanya dua kali. Kelebihan beban contohnya penat. Memiliki margin contohnya berenergi. Kelebihan beban contohnya tinta merah. Memiliki margin contohnya tinta hitam. Kelebihan beban contohnya terburu-buru. Memiliki margin contohnya tenang. Kelebihan beban contohnya cemas. Memiliki margin contohnya merasa aman. Kelebihan beban adalah penyakit masa kini. Margin adalah obatnya.

Margin adalah ruang di antara beban kita dan batas-batas yang kita miliki. Margin merupakan sesuatu yang dicadangkan bagi situasi-situasi tak terduga atau yang mungkin terjadi.

Dalam Margin, Dr. Richard Swenson memberikan resep untuk melawan bahaya dari kehidupan yang kelebihan beban. Berfokus pada margin dalam empat area — energi emosi, energi fisik, waktu, dan keuangan — ia menyajikan gambaran tentang kesehatan secara menyeluruh dengan unsur rasa puas, kesederhanaan, keseimbangan, dan istirahat.

Jika Anda merindukan kelegaan dari rasa sakit dan tekanan akibat kelebihan beban, ambillah satu dosis kekal Margin. Maka manfaat dari kesehatan yang baik, stabilitas keuangan, hubungan-hubungan yang utuh, dan kesiapsediaan bagi maksud-maksud Sang Pencipta akan mengikuti Anda sepanjang hari-hari Anda.